Tips Menulis Cerpen



http://sastralangit.files.wordpress.com/2010/11/writing.jpg?w=347&h=346
Menulis cerpen adalah salah satu “jalan pintas” yang paling sering digunakan seseorang untuk merintis jalan menjadi seorang penulis. Sebelum menjadi penulis beken, biasanya seseorang memulai dengan menulis cerpen di media massa atau majalah-majalah remaja. Cara seperti ini sah-sah saja dilakukan. Toh dengan menulis cerpen, sebenarnya kita juga sedang berbagi ideologi dari kisah-kisah pendek tersebut sebagaimana menulis novel, opini, artikel bahkan buku bacaan.
Namun demikian, banyak juga yang tidak jadi melanjutkan cita-citanya sebagai penulis hanya karena tidak dapat menyelesaikan cerpennya. Ada yang tidak tahu darimana mulai menuliskannya. Ada juga yang tidak tahu bagaimana mengakhiri cerpennya. Celakanya, ketika ia tidak mengetahui hal tersebut, ia langsung mengutuk dirinya bahwa ia benar-benar tidak berbakat menjadi penulis.
Sebenarnya, tidak ada teori yang pasti mengenai penulisan cerpen. Namun, setidaknya tips dibawah ini dapat digunakan untuk memulai menulis cerpen. Yang penting untuk diingat, tips berikut adalah alat bantu untuk menulis cerpen. Jika kelak tips ini tidak membantu bahkan menyusahkan, jangan sungkan-sungkan untuk melupakannya.
Menentukan Tema Besar
Penentuan tema merupakan hal yang paling penting dalam penulisan cerpen. Sebelum membuat cerpen, setidaknya kita harus menentukan titik tekan (stressing point) dari cerpen tersebut. Ada banyak pilihan tema besar yang bisa kita pilih, diantaranya yaitu persahabatan, percintaan, sosial, budaya, sejarah, politik, sains dan tekhnologi, agama, dan lain sebagainya. Sebagai contoh, kita memilih tema besar SEJARAH. Dari tema inilah kelak, kita akan membuat cerpen.
Menentukan Ide Cerita
Setelah kita menentukan tema besar, kita pastinya mempunyai ide-ide cerita yang berkaitan dengan tema besar tersebut. Percintaan misalnya, dalam hal ini kita bisa menemukan ide tentang pernikahan, perjumpaan pertama, rebutan pacar, saling kirim surat, dan lain sebagainya. Sangat banyak ide yang berkeliaran tentang tema percintaan. Begitu juga dengan tema-tema lainnya.
Dalam hal ini, ada satu hal yang filosofi menulis yang perlu kita ingat. “Janganlah memikirkan apa yang mau ditulis, tapi tulislah apa yang sedang dipikirkan!” tulislah ide-ide itu sebanyak-banyaknya. Jangan pernah takut salah. Toh, ini belum menjadi cerpen. Hanya pencatatan ide saja. Karena tadi kita telah memilih SEJARAH sebagai tema besar, kita mungkin bisa mencatat ide sebagai berikut: cerita nabi, sejarah kemerdekaan, dongeng-dongeng masyarakat, malin kundang, sangkuriang, dan lain sebagainya.
Mengembangkan Ide
Nah, inilah saatnya kita mengembangkan ide-ide tersebut. Dari sekian banyak ide yang kita tuliskan, tentulah ada satu ide yang sangat akrab ditelinga bahkan telah ada gambaran mengenai jalan ceritanya. Itulah yang harus kita kembangkan.
Dalam hal ini, satu hal yang perlu kita ingat adalah TEORI MENULIS ITU MUNCUL SETELAH ADA TULISAN. Jadi, tulislah sesuka hati, jangan pernah memikirkan apakah cerpen kita sesuai EYD atau tidak. Cerpen tersebut masuk akal atau tidak. Tokoh cerpen ini menarik atau tidak. Setting kejadiannya sesuai dengan aslinya atau tidak. Jangan pernah memikirkan hal-hal yang demikian. Dari ide diatas tadi, kita akan mengembangkan cerita nabi terkhusus nabi Ibrahim.
Merias Cerpen
Setelah ide tersebut kita kembangkan hingga dirasa cukup dan selesai, kini tibalah saatnya kita merias cerpen tersebut. Ingatlah sebuah teori yang mengatakan bahwa TIDAK ADA TULISAN YANG BAGUS KETIKA DITULIS PERTAMA KALINYA. Semua tulisan pastilah melalui proses editing. Dalam proses inilah, kita perlu memikirkan EYD, masuk akal atau tidaknya cerpen, tokohnya menarik atau tidak, dialognya terlalu formal atau nyata, setting kejadiannya sesuai asli atau tidak.
Kita juga perlu memikirkan apakah akhir dari cerpen ini memuaskan pembaca atau tidak. Mudah ditebak atau tidak. Jika semuanya telah cukup, selamat cerpen tersebut telah selesai.
Sebagai contoh berikut cerpen saya yang berhasil saya tulis dan telah dimuat di Nalar Magazine Edisi Pertama
Kata Orang Aku Mirip Nabi Ibrahim
Beberapa Bulan Yang Lalu
“Dek!” ujarku dihadapan istriku. “Idul Adha tahun ini Abang ingin berkurban 1 ekor kambing kalau kambing kita jadi melahirkan besok.”
“Terserah abang aja,” ujar istriku sambil menghidangkan kopi dihadapanku.
Itulah pembicaraanku dengan istriku tercinta malam hari sebelum kambingku melahirkan. Dengan lahirnya kambingku, nazarku untuk berkurban Idul Adha ini harus kupenuhi.
Sebulan Menjelang Idul Adha
Sekuat apapun manusia, sekaya apapun pengusaha, tak akan mampu menghalangi datangnya musibah. Musibah terkadang adalah awal dari kenikmatan bila kita sabar dalam menghadapinya. Tetapi, manusia sering tidak mampu untuk bersabar dalam menghadapi segala musibah. Sehari setelah kematian dua kambingku, anak kambing yang baru dilahirkan dan induk perempuan dari kambing tersebut karena keracunan, istriku menyusul menghadap keharibaan Allah SWT. Istriku meninggal akibat penyakit tipus yang dideritanya. Peristiwa ini membuat kesendirian dalam diriku ditemani oleh kambing jantanku.
“tok…tok…tok!” suara ketukan pintu rumahku.
Kubuka pintu dan seorang lelaki setengah baya berdiri dihadapanku. Diucapkannya salam dan aku membalasnya seraya mempersilahkannya untuk masuk. Akan tetapi ia menolak dengan alasan masih banyak rumah yang harus disinggahinya. Lelaki itu memperkenalkan dirinya. Namanya Yanto, salah seorang panitia penyelenggara kurban pada hari raya Idul Adha. Kedatangannya itu mengingatkanku pada nazar yang telah kuniatkan beberapa bulan yang lalu.
“Bagaimanakah hidupku bila kambing satu-satunya yang kumiliki kukurbankan? Apakah harta yang menopang kehidupanku? Hartaku satu-satunya hanyalah kambing itu, dan aku telah menazarkannya beberapa bulan yang lalu. Bolehkah aku membatalkan nazarku dengan alasan tidak adanya hartaku selain kambingku itu?” pertanyaan demi pertanyaan itu berkelabat hebat dalam pikiranku.
Ditengah kesendirianku itu, aku akhirnya membulatkan tekad untuk tetap mengorbankan kambingku satu-satunya itu. Aku yakin Allah akan menggantinya dengan ganti yang lebih besar dan lebih mulia. Bukankah Allah telah menjanjikan bahwa barang siapa yang mengorbankan harta dijalan-Nya akan mendapatkan ganti yang lebih banyak dan lebih mulia dari apa yang diberikannya? Bukankah barang siapa yang “menolong” Allah akan ditolong oleh Allah? Itulah yang menjadi tekadku dalam hati.
Akhirnya, aku membawa kambingku menuju Mesjid Raya, sekretariat panitia kurban wilayahku. Dijalan, aku bertemu dengan Pak Bram, salah satu tetangga yang kurang berkecukupan, sama seperti diriku.
“Assalamu’alaikum, Pak Ibrahim!” sapanya.
“Wa’alaikum Salam” sapaku seraya bersalaman dengannya.
“Mau kemana ni, Pak!” ujarnya lanjut, “Singgah dulu”
Akupun singgah sebentar. Kuceritakan padanya niatku tentang pengorbanan kambingku. Kurasa ia kurang setuju. Ia berdalih bahwa berkorban itu hanya bagi orang yang mampu. Orang-orang seperti kami berhak untuk menerima hewan kurban bukan mengkurbankan hewan.
“Allah pasti tau mana yang miskin dan mana yang kaya. Walaupun Pak Ibrahim itu telah bernazar untuk mengorbankan kambing, Allah pasti tau toh, bahwa Pak Ibrahim masih membutuhkan kambing itu. Karena memang kambing itulah kambing satu-satunya yang merupakan harta pak Ibrahim. Bagaimana pak Ibrahim akan hidup kalau kambing satu-satunya dikorbankan. Pakai doa dan tawakkal? Tidak mungkin pak! Lebih baik dipikirkan lagi tentang rencana itu.
Aku hanya menjawab dengan senyuman. Orang seperti Pak Bram kalau dilawan akan bertambah semangat menantang. Maklum, orang miskin biasanya emosian kalau diajak berbicara. Akupun pamit setelah beberapa menit berbincang dengannnya.
Beberapa meter sebelum sampai ke Mesjid, kulihat Pak Rudi baru keluar dari pagar mesjid. Kusapa dia dan berbincang sebentar dengannya. Ia mengetahui niatku tetapi, sama seperti Pak Bram, sepertinya Pak Rudi kasihan terhadap nasibku.
“Lho? Bukankah pak Ibrahim masih membutuhkan kambingnya? Dengan apa pak Ibrahim hidup tanpa kambing? Apa tidak ditunda dulu hingga tahun depan?”
“Ya saya percaya saja pada Allah, Pak! Saya hanya ingin menunaikan nazar saya.” Begitu jawabku.
“atau saya beli. 700 ribu. Bapakkan bisa membeli kambing yang berharga 500 ribu dan 200 ribunya bisa bapak jadikan modal?” Pak Rudi menawarkan solusi
Hatiku sempat goyah. 200 ribu bagiku adalah modal yang cukup besar dan berharga. Bila aku membelikan kambing yang berharga 500 ribu, bukankah aku telah menunaikan nazarku? Walaupun tidak dengan kambingku.
Tapi untunglah pikiran seperti itu hanya tersimpan dalam relung hatiku tanpa sempat terucap. Sekali lagi aku hanya berterima kasih kepada Pak Rudi dan aku tetapi bertekad untuk mengkurbankan kambingku tanpa menjualnya terlebih dahulu.
“mau dibantu ko’ nolak?!” begitu ujar pak Rudi berbisik sebelum meninggalkanku.
Idul Adha
“Allahu Akbar…..Allahu Akbar….Allahu Akbar…” sayup-sayup takbir bergemuruh dimenara-menara mesjid disekitar wilayahku. Idul Adha telah tiba. Aku melaksanakan shalat idul adha di mesjid raya sekalian menyaksikan pengorbanan kambingku.
¤kata orang aku mirip nabi ibrahim¤
Darah bersih keluar dari leher kambingku diiringi takbirku yang keluar dari kedua bibir. Mataku berkaca pertanda kebahagiaan Allah masih memberi kesempatan untuk berkurban kepadaku.
“Pak Ibrahim. Assalamu’alaikum…”
Suara itu milik Ustadz Imron, salah seorang pimpinan Pondok Pesantren yang ada diwilayahku. Beliau mengajakku berbincang-bincang. Rupanya beliau punya rencana untuk membuat peternakan kambing diwilayahku dan belum mendapatkan penggembalanya. Ia menawarkan pekerjaan ini kepadaku.
“Gimana Pak Ibrahim?”
Mataku berkaca. Aku teringat tatkala Nabi Ibrahim mendapatkan anaknya kembali setelah “menyembelihnya”. Kusujudkan tubuhku. Ustadz Imron tersenyum.
Publikasi
Saatnya mempublikasikan adalah saat unjuk gigi. Jangan pernah malu untuk mempublikasikan tulisan. Jangan pernah menghina tulisan sendiri sebelum mempublikasikannya. Terkadang, ada tulisan yang kita anggap jelek namun menarik menurut orang lain. Sebaliknya, menurut kita tulisan itu menarik, namun respon pembaca biasa-biasa saja. Kesimpulannya, publikasikanlah karya terlebih dahulu dan tunggulah kejutan-kejutan yang menarik.
Radinal Mukhtar Harahap, alumnus PP. Ar-Raudhatul Hasanah Medan. Bermukim di Pesantren IAIN Sunan Ampel Surabaya.
sumber: http://menuliskreatif.com/2009/05/tips-menulis-cerpen/

Menceritakan Pengalaman Sendiri atau Orang Lain yang Mengandung Unsur Lucu, dengan Pilihan Kata dan Gerak Mimik yang Tepat




Kemampuan Dasar   : Bercerita
Materi Pokok            : Pengalaman yang Lucu
IPHB                        : Dapat menceritakan pengalaman sendiri/orang lain yang mengandung unsur lucu dengan pilihan kata dan gerak mimik yang tepat.


Setiap orang pasti pernah mengalami peristiwa yang tak terlupakan sepanjang hidupnya. Peristiwa itu mungkin terjadi ketika seseorang berusia anak-anak, berusia remaja, atau bahkan ketika dewasa. Peristiwa itu berkesan karena menjadi pelajaran yang baik bagi dirinya. Pengalaman itu dapat kalian ceritakan kepada orang lain secara lisan atau tertulis. Peristiwa itu jika dicritakan atau ditulis akan bisa menjadi pelajaran bagi orang lain pula. Khusus dalam bagian ini, kalian berlatih menceritakan peristiwa itu secara lisan. Lakukan dengan menarik sehingga orang lain menangkap letak lucunya.

A.   Menceritakan Pengalaman Menarik Orang Lain
Di bawah ini ada kisah yang ditulis seorang remaja yang mengalami peristiwa menarik ketika belajar menyetir mobil. Telitilah bagaimana cara ia mengung­kapkannya dalam tulisan! Setelah itu, ceritakanlah di depan kelas pengalaman itu secara ringkas! Siapkan beberapa kartu yang berisi pokok-pokok cerita itu sebagai alat bantu mengingat!


     Siapa sih, yang nggak pingin bisa nyetir mobil? Ke mana-mana bisa duduk santai tanpa merasakan hawa Surabaya yang panas. Yang penting, kulit nggak jadi hitam, dandanan nggak rusak, plus bisa rame-rame jalan sama temen. Karena itu, saya memutuskan ikut kursus nyetir mobil sejak kelas satu SMP. Nah, saya juga punya cerita seru saat curi-curi nyetir mobil.Saya nabrak taman bunga kepala sekolah SMU saya sendiri!
Kejadiannya kira-kira 3 tahun yang lalu (pas kelas 2 SMU). Kebetulan saya libur karena ada EBTANAS di sekolah. Siang itu rumah lagi sepi, karena ortu kerja. Saya ngajak temen-temen belajar nyetir mobil. Cuma putar-putar kompleks perumahan saja. Maksudnya buat ngelancarin nyetirku aja. Selama ini, bapak jarang ngijinin saya nyetir mobil. So, harus curi-curi agar bisa belajar nyetir mobil. Mungkin itu juga bentuk pemberontakan. ”Udah gede masih aja nggak dipercaya,” pikir saya waktu itu.
Berangkatnya oke-oke aja. ”Wah, lumayan juga nih, nyetirku,” pikir saya. Namun, kelancaran itu tak terjadi saat balik rumah. Secara tak sengaja, saya menabrak taman milik tetangga, yang kebetulan adalah kepala sekolah saya sendiri.
Rumahnya tepat di belokan masuk ke gang rumah. Saat saya akan membelok, ada mobil sedan bagus berhenti di depan gang. Saya pun terpesona dengan cowok yang duduk di belakang setir. ”Wow, cakep sekali!” (Namanya juga cewek). Rasanya sia-sia ”pandangan” bagus itu tak dinikmati. Namun, saya jadi nggak konsen nyetirnya. Gang rumah saya memang tak begitu lebar, terasa makin sempit. Saya pun makin kesulitan dalam memposisikan mobil. Saya panik dan agak grogi. Sewaktu melakukan initial contact dengan ujung taman, saya sebenarnya sudah merasakan ”tabrakan”. Tapi, karena feeling saya memang nggak terlalu jitu, jadinya saya malah nginjak gas. Apa yang terjadi? Mobilku ”mencium pagar”,  sekaligus nangkring di atas pek! Aduh, saya takut sekali!
Temen saya juga ikut bingung. Terus terang mereka itu anak dari sang kepala sekolah! Saya yang sudah merasa bersalah, jadi tambah bingung lagi. Suara benturan mobil ke pagar yang keras membuat ibu temen saya (istri kepsek) keluar. Ibu tersebut menanyakan apa yang terjadi.Saya semakin ketakutan. ”Udah nggak ijin bawa mobil, nabrak taman tetangga lagi,” pikir saya. Dengan agak deg-degan saya turun dari mobil dan minta maaf pada ibu tersebut. Untungnya, beliau sangat sabar. ”Nggak apa-apa, masih belajar nyetir,” ujarnya. Rasanya plong!
Temen saya membantu ”nurunin” mobil. Rasanya bersalah sekali melihat bunga-bunga di taman jadi berantakan. Saya takut, kepala sekolah saya yang memang suka bertanam, menjadi tahu dan marah. Belum lagi ngebanyangin omelan dan sangsi yang harus saya terima dari ortu. Kalo boleh memutar jarum jam, mending saya tadi nggak bawa mobil (mungkin kualat karena nggak ijin ya!).
Untungnya, Bu Kepsek nggak lapor ke suaminya. Ortu juga nggak diberi tahu tentang kejadian itu. Mobil saya sendiri tergores dan penyok. Tapi, dengan batuan teman, saya mampu mendempul dan memolesnya, tanpa ketahuan ortu!Lagian sebelumnya sudah penuh goresan!
Hebatnya, bapak saya dengan sang kepsek hingga sekarang masih belum tahu tentang insiden tersebut! Ibu saya tahu sih, tapi dia masih baik dan tidak melapor ke bokap dan sang kepsek (saya melaporkannya kepada ibu setelah tiga bulan kemudian).
Nah, mungkin hari ini beliau-beliau tersebut tahu atas apa yang sebenarnya terjadi tiga tahun lalu, setelah membaca sharing saya di deteksi . Buat bapak-bapak sekalian maapin dong! Lagian, itu udah lama. Mobilnya juga udah dijual kok....(de)

Titi Pratitis
*Mahasiswi FISIP Unair.
Dikutip dari Jawa Pos,  2 Juni 2000


B. Menceritakan Pengalaman Lucu yang Dialami Sendiri
Kalian rasanya juga pernah mengalami peristiwa yang mirip dengan apa yang dialami Titi Pratitis itu. Kapan, ya? Coba ingat-ingat! Saat itu kalian merasa malu, bersalah, gembira, atau surprais! Nah, coba ceritakan di depan kelas peristiwa yang kalian alami itu! Sebagai pemandu, buatlah catatan pendek berikut!
(1)     Peristiwa yang dialami           : ……………………………………….
(2)     Tempat kejadian                       : ……………………………………..
(3)     Waktu terjadinya peristiwa   : ………………………………………
(4)     Urutan kejadian                        :
·         …………………………………………………………..
·         …………………………………………………………..
·         …………………………………………………………..
C. Menceritakan Humor
Di bawah ini ada sejumlah teks humor ciptaan teman-temanmu. Coba kalian apresiasi (dibaca dalam hati), lalu ceritakanlah di depan kelas! Ambil idenya saja! Tindakanmu dianggap berhasil jika orang yang mendengarnya (orang yang belum pernah membaca humor itu) bisa tertawa!

PENJUAL CENDOL

Ginting      :   ”Mas, beli cendol!”
Penjual      :   Sampun telas.” (bahasa Jawa, maksudnya ’sudah habis’)
Ginting      :   ”Iya ... , memang harus pakai gelas!”
Penjual      :   Mboten wonten ....” (bahasa Jawa, maksudnya ’tidak ada’)
Ginting      :   ”Iya, emang saya suka pake santan.”
Penjual      :   (sambil kesal) ”O, wong sinting!” (bahasa Jawa, maksudnya ’orang gila’)
Ginting      :   ”Kok tahu namaku Ginting?”
Penjual      :   (tambah kesal) ”Dasar wong edan!” (bahasa Jawa, maksudnya ’dasar orang gila’).”
Ginting      :   ”Wah, Mas betul lagi ... saya memang dari Medan
Penjual      :   ?


TANYA JAWAB PELAJARAN

       Ada seorang siswa yang bertanya kepada gurunya mengenai pelajaran Elektro.
Siswa       :    ”Pak, jika ingin mencari tegangan arus listrik bagaimana?”
Guru         :    ”Ya, kamu lihat cara mengerjakannya di bukumu”.
Siswa       :    (Siswa mencari caranya/contohnya di buku paketnya.)
                        “Pak, kalau 1 k = 1.000 ohm 1 m = 1.000.000 ohm dan kalau ingin mencari nilai warna resistor arus listrik merah, coklat, emas bagaimana?”
Guru         :    “Ya, kamu cari nilai resistor satu berapa, sampai nilai
                       resistor empat, setelah itu kamu gabung. Itu menggunakan tabel di bukumu. (Sambil menunjuk ke buku).
Siswa       :    (Siswa mencoba mengerjakan) ”Pak, saya sudah tahu hasilnya?”
Guru         :    ”Berapa?”
Siswa       :    ”Nilai resistor itu 220, 5 % ohm. Apa itu sudah betul,  Pak?”
Guru         :    Sudah tahu, kok, nanya! (Semua siswa tertawa)
(Ayu 2B dan Eli 2B)


TEKS 2

AKAL PENGEMIS

         Seorang nyonya yang pelit kedatangan seorang pengemis di rumah-nya. Berkatalah ia kepada pengemis itu, ”Kau akan kuberi uang lima ribu, tapi syaratnya kau harus menyanyikan lagu ”Anak ayam turun sejuta!” “Baik, nyonya!” jawabnya. Lalu ia mulai ber-nyanyi, ”Tek kotek kotek kotek, anak ayam turun sejuta. Anak ayam turun sejuta digranat mati semua.” Sambil bersungut-sungut dengan terpaksa nyonya itu memberikan uangnya kepada sang pengemis.
(Usman 2C)

KAKAK TUA PINTAR

         Suatu hari Badrun pergi ke pasar hewan untuk membeli burung kakak tua. Ia melihat seekor kakak tua yang kakinya diikat dengan senar. Kaki sebelah kiri dengan senar putih, dan sebelahnya lagi dengan senar warna hitam. Karena tertarik ingin membeli, ia bertanya tentang fungsi senar itu.
         “Wah, kamu beruntung sekali. Ini bukan sembarang kakak tua . Ini kakak tua yang terlatih,” kata penjualnya.
         “Oh, ya?“ Badrun nggak percaya.
         “Sumprit! Jika ditarik yang hitam, ia akan berbicara bahasa Inggris. Terus kalau kamu
tarik yang putih, ia akan berbicara bahasa Indonesia,“ ujarnya meyakinkan.
         “Terus, kalau saya tarik keduanya?“ tanya Badrun.
         “Aku akan jatuh, bodoh!“ teriak sang kakak tua dengan lantang.
(Agita Dewi S.A., 1D)


E. Mencermati Gaya Bahasa Tulisan Populer
Perhatikan kalimat-kalimat yang diungkapkan oleh Titi Pratitis dalam pengalamannya di atas! Betapa mudah dan mengalirnya ia mengungkapkan kalimat-kalimatnya. Ya, begitulah gaya tulisan populer. Yang penting enak dibaca dan perlu!
Ubahlah tulisan berikut menjadi tulisan yang lebih formal! Perhatikan contoh!
1.     Siapa sih, yang nggak pingin bisa nyetir mobil? Ke mana-mana bisa duduk santai tanpa merasakan hawa Surabaya yang panas. Yang penting, kulit nggak jadi hitam, dandanan nggak rusak, plus bisa rame-rame jalan sama temen. Karena itu, saya memutuskan ikut kursus nyetir mobil.
        (Semua orang tentu ingin bisa menyetir mobil. Dengan mengendarai mobil, orang bisa duduk santai dan tidak merasakan panasnya kota Surabaya. Dengan mengendarai mobil kulit tidak akan menjadi hitam, dandanan tetap rapi, dan bisa memberi tumpangan kepada orang lain. Dengan alasan itu saya memutuskan untuk belajar menyetir mobil.)
2.     Nah, saya juga punya cerita seru saat curi-curi nyetir mobil.Saya nabrak taman bunga kepala sekolah SMU saya sendiri!
        (Saya mempunyai cerita menarik sehubungan dengan pengalaman belajar menyetir mobil. Saya pernah menabrak taman bunga milik bapak kepala sekolah saya, yang kebetulan tetangga.)
3.     Kejadiannya kira-kira 3 tahun yang lalu (pas kelas 2 SMU). Kebetulan saya libur karna ada EBTANAS di sekolah. Siang itu rumah lagi sepi, karna ortu kerja. Saya ngajak temen-temen belajar nyetir mobil.
4.     Selama ini, bapak jarang ngijinin saya nyetir mobil. So, harus curi-curi agar bisa belajar nyetir mobil. Mungkin itu juga bentuk pemberontakan. ”Udah gede masih aja nggak dipercaya,” pikir saya waktu itu.
5.     Berangkatnya oke-oke aja. ”Wah, lumayan juga nih, nyetirku,” pikir saya. Namun, kelancaran itu tak terjadi saat balik rumah. Secara tak sengaja, saya menabrak taman milik tetangga, yang kebetulan adalah kepala sekolah saya sendiri.
6.     Saat saya akan membelok, ada mobil sedan bagus berhenti di depan gang. Saya pun terpesona dengan cowok yang duduk di belakang setir. ”Wow, cakep sekali!” (Namanya juga cewek). Rasanya sia-sia ”pandangan” bagus itu tak dinikmati.
7.     Namun, saya jadi nggak konsen nyetirnya. Gang rumah saya yang memang tak begitu lebar, terasa makin sempit. Saya pun makin kesulitan dalam memposisikan mobil. Saya panik dan agak grogi.
8.     ”Udah nggak ijin bawa mobil, nabrak taman tetangga lagi,” pikir saya. Dengan agak deg-degan saya turun dari mobil dan minta maaf pada ibu tersebut. Untungnya, beliau sangaaat sabar. ”Nggak apa-apa, masih belajar nyetir,” ujarnya. Rasanya plong!
 9.    Temen saya membantu ”nurunin” mobil. Rasanya bersalah sekali melihat bunga-bunga
di taman jadi berantakan. Saya takut, kepala sekolah saya yang memang suka bertanam, menjadi tahu dan marah.
10.   Untungnya, Bu Kepsek nggak lapor ke suaminya.Ortu juga nggak diberi tahu tentang kejadian itu. Mobil saya sendiri tergores dan penyok. Tapi, dengan bantuan teman, saya mampu mendempul dan memolesnya, tanpa ketahuan ortu!

Hasil pengubahan itu sekarang kalian hubungkan menjadi wacana yang utuh! Nah, bentuknya berbeda dengan karangan aslinya, bukan? Bacakanlah!


F. Belajar Menulis dengan Gaya Santai
Kalian punya pengalaman lucu? Kalian punya humor? Tuliskan pengalaman kalian menjadi sebuah cerita menarik atau teks humor! (Boleh pengalaman orang lain yang kalian tulis ulang)
Sebelumnya, cermatilah penggunaan tanda baca berikut!






PELANGI 


Wildan    :    “De, bagaimana caranya merosot  di pelangi?”
Dede      :    “Mana bisa? Pelangi kan ada di langit.”
Wildan    :    “Ya, bisa dong. Harus kita akali.”
Dede      :    “Bagaimana caranya?”
Wildan    :    “Perosotannya kita cat dengan merah, kuning, dan hijau. Khan kayak pelangi jadinya!”






G. Menghubungkan Kalimat dengan Kata Penghubung Antarkalimat yang Tepat

       Kata penghubung antarkalimat menghubungkan kalimat dengan kalimat atau paragraf dengan paragraf. Kata penghubung antarkalimat dengan demikian, dengan kata lain, digunakan untuk menyatakan kesamaan maksud dengan yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya. Penghubung meskipun begitu dan walaupun demikian  digunakan untuk menyatakan kelanjutan dari peristiwa atau keadaan pada kalimat sebelumnya. Penghubung akan tetapi dan sementara itu digunakan untuk menyatakan pertentangan dengan keadaan sebelumnya. Sedangkan penghubung oleh karena itu dan oleh sebab itu digunakan untuk menyatakan akibat.

Gunakan kata penghubung tersebut dengan tepat  untuk menghubungkan kalimat-kalimat berikut!
1.    Ia harus masuk penjara selama 18 bulan. Ia menghilang bak ditelan bumi sejak dua minggu lalu setelah permohonan grasinya ditolak presiden.
       Ia harus masuk penjara selama 18 bulan. Akan tetapi, ia menghilang bak ditelan bumi sejak dua minggu lalu setelah permohonan grasinya ditolak presiden.
2.    Sebagai penjahat besar, Judi dengan mudah melarikan diri. Pihak kepolisian tidak tinggal diam, dan tetap akan memburunya sampai ia tertangkap.
3.    Sampai sekarang polisi belum dapat menangkapnya. Tugas-tugas polisi yang lain terus bertambah.
4.    Pengadilan tinggi Jakarta pada tanggal 8 November lalu mengabulkan verzet (perlawanan) Jaksa Penuntut Umum. Kasus korupsi yang sudah ditutup itu akan dibuka kembali. Orang yang sebelumnya diduga kuat melakukan korupsi itu akan tetap diajukan ke pengadilan.
 5.     Kabarnya, polisi pun sudah mengantisipasi keberingasan kelompok penjahat itu dengan mengerahkan pasukan tambahan ke lokasi persembunyiannya. Polisi sebenarnya sudah berusaha dengan segala kekuatan dan perhitungan.
 6.     Jaksa terus mengumpulkan bukti-bukti keterlibatan Dumijan dalam kasus pemalsuan uang dua bulan yang lalu. Pengacara Dumijan juga tidak tinggal diam, berusaha keras membuktikan bahwa kliennya tidak terlibat.
 7.     Sementara publik bertanya-tanya tentang kelanjutan kasus itu, Jaksa menolak untuk mencari bukti baru. Pihak Kejaksaan sebenarnya sudah tak berminat lagi untuk mengusut lebih lanjut.
 8.     Pemerintah perlu segera mengambil sikap yang jelas untuk menyelesaikan perkara ini bagi kepentingan bangsa ke depan. Pemerintah harus membentuk tim pengusut keterlibatan seorang menteri yang diduga menjadi dalang politik uang itu.
 9.     Semua bukti sudah mengarah ada keterlibatannya dalam kasus itu. Kita tetap harus memegang prinsip praduga tak bersalah. Kita tetap berada di jalur penegakan hukum yang benar.
10.    Ia sudah dinyatakan bebas dari tuntutan hukum oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan 28 September lalu. Ia tetap akan dimintai keterangan dalam kasus yang lain.


H. Melengkapi Kalimat dengan Kata Penghubung Intrakalimat
Kata penghubung intrakalimat menghubungkan satuan-satuan kata dengan kata, frase dengan frase, atau klausa dengan klausa, kata penghubung intraklimat diantaranya adalah yang, tapi, dan karena, bahwa, jika, sehingga, melainkan, atau, kecuali,.

Isilah bagian yang rumpang pada kalimat-kalimat berikut dengan kata penghubung intrakalimat yang tepat!


       Indonesia adalah negara agraris . . . sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Dalam pengertian luas, istilah agraris tidak hanya berarti bertani atau bercocok tanam, . . . . juga beternak, dan mencari ikan. Dalam pengertian yang luas itu, peternak . . . nelayan disebut juga petani. Pada umumnya, petani di pedesaan memang bertani . . . . beternak. Berbagai jenis binatang ternak seperti ayam, itik, kambing, sapi, dan kerbau merupakan binatang piaraan yang selalu kita temukan di lingkungan petani di pedesaan.
       Sejak Repelita pertama sampai dengan Repelita kelima, bidang pertanian merupakan bidang yang sangat penting . . . menyangkut kehidupan sebagian besar rakyat Indonesia. Dalam GBHN dikemukakan . . . struktur ekonomi yang menjadi sasaran pembangunan adalah struktur ekonomi yang seimbang. Artinya, struktur ekonomi yang kita bangun adalah struktur ekonomi yang mengutamakan kemampuan . . . kekuatan sendiri. Struktur ekonomi tersebut didukung oleh kekuatan . . . kemampuan pertanian yang tangguh.
       Tanah harus dipelihara dengan sebaik-baiknya, . . . merupakan modal utama bagi pertanian. Pemeliharaan tanah dimaksudkan untuk menjaga kesuburannya . . . menjadi tanah yang produktif, . . . pemeliharaan tanah kurang baik akan mengakibatkan timbulnya lahan-lahan kritis, . . . tanah yang terancam kesuburannya. Lahan-lahan yang kritis itu kehilangan lapisan permukaan tanah yang subur . . . erosi yang terjadi setiap musim hujan. Untuk memperbaiki lahan kritis . . . menjadi tanah yang subur dilakukan penghijauan nasional yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat . . . masyarakat menyadari . . . pemeliharaan tanah bukan hanya tanggung jawab petani saja, . . . tanggung jawab seluruh masyarakat.