Cara Jitu Menyelaraskan antara Teori dan Praktik Menulis Written by Peng Kheng Sun Wednesday, 02 December 2009 04:19 -



A.Sering kita mendengar orang mengatakan bahwa antara teori dan praktik tidak cocok. Artinya apa yang teori katakana tidak bisa diterapkan dalam praktik, sebaliknya apa yang dipraktikkan juga tidak berdasarkan teori yang ada. Ketidaksesuaian anatara teori dan praktik sering membuat orang malas mempelajari teori. Mereka menganggap dengan langsung mempraktikkan sesuatu maka akan dengan sendirinya bisa. Bukankah banyak orang bisa berenang, menyetir mobil, atau menulis karena langsung praktik, bukan karena melahap setumpuk buku teori tentang subyek tersebut? Lantas apa manfaat teori? Dan apapula relasi antara teori dan praktik?
Teori dan Praktik, mana lebih duluan?
Hampir dalam setiap kegiatan biasanya ada teorinya. Tujuan teori adalah untuk member i petunjuk agar bisa melakukan suatu kegiatan dengan baik dan benar, misal teori berenang, teori meraih sukses, teori pemasaran, teori menulis, teori menulis, dan sebagainya. Dalam hal ini saya membatasi diri hanya membahas teori menulis. Ada berbagai macam teori menulis seperti menulis artikel, menulis essay, menulis buku bertseller, menulis cerpen, dan sebagainya. Ada orang yang menguasai teori dengan baik tetapi tidak mampu mempraktikkannya. Mengapa terjadi demikian?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mula-mula kita perlu mengetahui mana lebih dulu antara teori dengan praktik? Katakanlah dalam hal menulis. Mana yang lebih dulu ada, teori atau praktik menulis? Sebelum orang menemukan
aksara, apakah sudah ada orang yang memaparkan bagaimana menulis dengan baik? Tidak ada, bukan?
Sebenarnya yang mula-mula ada adalah praktik. Setiap hari kita melakukan berbagai praktik seperti masak, menelpon, membaca dan sebagainya. Setelah melakukan praktik demi praktik, orang lalu mencoba mencari cara yang lebih sempurna untuk mempraktikkan suatu kegiatan. Di sinilah muncul teori (bisa juga kiat atau tips) untuk melakukan sesuatu. Mula-mula orang memasak pasti tidak mengetahui teori apa-apa. Tidak ada petunjuk dari langit bagaimana cara memasak yang baik. Namun manusia adalah makhluk yang memiliki kecerdasan, maka dari sekian banyak praktik mereka biasanya menemukan cara-cara baru untuk melakukan sesuatu lebih baik daripada biasanya. Pengetahuan ini mereka namakan teori, dan jika dipraktikkan, menjadi praktik yang berdasarkan

Cara Jitu Menyelaraskan antara Teori dan Praktik Menulis
Written by Peng Kheng Sun
Wednesday, 02 December 2009 04:19 -
B. teori. Untuk selanjutnya memang bisa saja suatu teori bersumber dari berbagai referensi teori, akan tetapi dasar dari teori-teori referensi pun jika ditelusuri pastilah berasal dari praktik. Nah, lalu mengapa kerap kali teori tidak bisa
dipraktikkan dengan baik? Munculnya sebuah teori sering dari praktik yang parsial atau berlaku hanya di suatu tempat tertentu dengan kondisi-kondisi yang memang memungkinkan teori itu kondusif untuk dipraktikkan. Misal teori table manner, yakni teori tentang tatacara menggunakan berbagai peralatan makan dengan baik dan benar. Dalam hal orang-orang yang sudah mempunyai taraf hidup tinggi yang sudah kondusif bisa saja menerapkan teori ini menjadi suatu praktik, bahkan itu bukan sekadar teori, melainkan sudah menjadi praktik kebiasaan mereka. Berbeda halnya jika teori ini diperkenalkan pada orang-orang yang tidak didukung oleh berbagai faktor yang kondusif, misal peralatannya saja mereka tidak punya. Kalaupun ada peralatannya, makanan mereka adalah makanan yang sederhana sehingga cara memakannya pun sederhana saja. Di sini teori table manner jelas tidak bisa dipraktikkan sesuai dengan harapan.
Selain itu, sebuah teori sering luput memperhitung perbedaan antar manusia. Misal kebanyakan orang menggunakan tangan kanan untuk melakukan sesuatu. Karena itu, mereka pasti menyarankan atau membuat teori memukul bola yang baik pastilah menggunakan tangan kanan. Padahal bagi orang yang kidal tentu menggunakan tangan kiri jauh lebih baik daripada menggunakan tangan kanan. Dengan kata lain teori juga perlu memperhitungkan keunikan setiap individu. Dalam hal menulis, saya membaca beberapa pendapat bahwa jika menulis karangan sebaiknya membuat judul setelah karangan tersebut selesai. Saya percaya bahwa teori seperti itu ada benarnya tetapi tidak berlaku untuk setiap orang. Saya adalah penulis yang akan sangat sulit menulis jika menulis tanpa judul. Namun saya tidak berani menyarankan bahwa menulis sebuah karangan sebaiknya menuliskan judulnya dulu. Dalam hal ini saya lebih percaya mana yang lebih cocok untuk setiap penulis. Artinya jika memang merasa lebih cocok untuk menulis karangan dulu ya sebaiknya memang menulis karangan dulu. Akan tetapi jika seperti saya lebih mudah menulis jika sudah ada judulnya dan juga bisa menghasilkan karangan yang berkualitas maka tulislah judul dulu sebelum menulis karangan.
Sebuah teori dikatakan baik dan berguna jika memang teori tersebut mampu memberikan petunjuk yang memang bisa dipraktikkan dan membawa hasil yang lebih baik. Memang adakalanya kegagalan mempraktikkan suatu teori juga karena faktor lain, misal kurang mengikuti anjuran teori
Cara Jitu Menyelaraskan antara Teori dan Praktik Menulis
Written by Peng Kheng Sun
Wednesday, 02 December 2009 04:19 -
C. dengan benar. Hal ini bisa terjadi karena kurang memahami teori dengan baik. Misal teori agar bisa menulis dengan baik seseorang harus menguasai tata bahasa dengan baik. Banyak orang karena sudah bisa berbahasa Indonesia maka mereka merasa tidak perlu lagi memahami tata bahasa Indonesia. Dengan demikian mereka pun menulis dengan kemampuan tata bahasa yang pas-pasan. Faktor lain adalah kemampuan individu yang masih kurang untuk mempraktikkan suatu teori. Seorang yang benar-benar awam dalam menulis tentu sulit untuk menerapkan teori menulis untuk penulis tingkat mahir. Karena itu dalam menerapkan suatu teori juga perlu disesuaikan dengan kemampuan kita.
Fakta Tentang Teori dan Praktik
Ungkapan bahwa, “Teori tidak sesuai dengan praktik” sebenarnya bukan ungkapan yang tepat karena teori-teori yang bersifat aplikatif biasanya dibuat berdasarkan praktik atau pengalaman empiris. Dengan kata lain, teori tersebut pastilah bisa diterapkan jika kondisinya memenuhi syarat. Hanya yang menjadi masalah adalah teori tersebut bisa diterapkan untuk praktik yang bagaimana dan syarat yang diperlukan apa saja? Seperti telah diuraikan di atas, tidak semua teori bisa diterapkan secara universal dengan hasil yang sama. Jadi, wajarlah jika teori tertentu tidak sesuai dengan praktik tertentu. Sebenar ketidakcocokan antara teori dan praktik terdapat empat macam kombinasi, yakni:
1. Teori tidak cocok dengan teori. Ini terjadi ada dua atau lebih teori yang bertentangan. Misal ada teori yang mengatakan untuk bisa menulis dengan baik seseorang perlu terlebih dulu menguasai teknik-teknik menulis. Namun ada pula teori yang mengatakan untuk mampu menulis dengan baik yang penting seseorang harus banyak praktik menulis, tidak cukup hanya menguasai teori menulis. Mana yang benar? Ketidakcocokan antara teori yang dengan yang lain karena dasar yang digunakan untuk membuat teori berbeda.
2. Teori tidak cocok dengan praktik. Contoh ini sering terdapat dalam surat-menyurat. Teori menulis surat yang benar dan baik sangat jarang dipraktikkan dalam surat menyurat. Di sini teori sering tinggal teori saja karena orang-orang merasa tidak perlu mempraktikkannya. Contoh lain adalah secara teori bahwa banyak membaca itu baik karena bisa menambah pengetahuan. Kenyataannya para praktisi pendidikan seperti guru dan dosen saja tidak suka membaca, apalagi orang awam. Ini kan teori sangat
bertentangan dengan praktik yang ada. Di sini teori diabaikan dan praktik dianggap sudah ‘wajar atau sudah seharusnya begitu’.
3. Praktik Tidak Cocok dengan Teori. Contoh yang paling nyata adalah teori yang mengatakan bahwa “Orang yang Salahlah yang Dihukum”, namun praktiknya tidak sedikit orang yang salah tidak mendapat hukuman apa-apa, sebaliknya orang
Cara Jitu Menyelaraskan antara Teori dan Praktik Menulis
Written by Peng Kheng Sun
Wednesday, 02 December 2009 04:19 -
yang benar justru dihukum. Di sini teori mengabaikan praktik yang ada. Artinya bagaimana pun praktikknya, yang penting teorinya ‘memang benar’ seperti itu. Jika di poin 2 teori yang diabaikan, maka di poin 3 praktiklah yang diabaikan.
4. Praktik tidak cocok dengan praktik. Contoh untuk kasus ini adalah praktik mengajar anak-anak di kota-kota besar tentu tidak dapat diterapkan begitu saja dengan anak-anak di daerah-daerah terpencil yang situasi dan kondisinya sangat berbeda dengan kota.
Meski antara teori dan praktik sering ada kesenjangan, namun teori tetap penting untuk mendukung orang malakukan praktik yang lebih baik. Masalahnya adalah begaimana kita menyelaraskan antara teori dan praktik? Sebenarnya hubungan antara teori dan praktik ibarat anak-anak tangga sebagai penolong kita untuk naik lebih tinggi. Artinya jika kita hanya mempraktikkan menulis tanpa didukung oleh teori-teori yang tepat, maka tulisan kita tidak akan banyak mengalami kemajuan jika dibandingkan dengan kita memang menguasai teorinya. Demikian juga teori-teori yang sudah kita kuasai tanpa pernah kita coba mempraktikkannya tentu merupakan sesuatu yang mubazir.
Bagaimana Menyelaraskan antara Teori dan Praktik?
Untuk menyelaraskan antara teori dan praktik, kita bisa melakukan beberapa hal di bawah ini:
1.Melakukan praktik demi praktik agar kemampuan kita menjadi lebih luwes,
2.Pelajarilah sebanyak-banyaknya teori dan bandingkan dengan praktik-praktik yang sudah kita atau orang lain lakukan. Dari sejumlah teori yang sudah kita kuasai, apakah ada yang mampu membuat praktik menulis kita menjadi lebih baik? Jika ada gunakanlah teori tersebut untuk mengembangkan praktik kita.
3.Bereksperimenlan dengan berbagai teori meski mungkin tidak membawa hasil yang  memuaskan. Setidaknya kita memahami mengapa teori tersebut

Cara Jitu Menyelaraskan antara Teori dan Praktik Menulis
Written by Peng Kheng Sun
Wednesday, 02 December 2009 04:19 -
cocok atau tidak cocok untuk kita. 4.Dari praktik yang bisa menghasilkan karya tulis yang baik, buatlah itu sebagai teori kita meski itu belum tentu cocok diterapkan oleh orang lain. Contoh setiap kali selesai menulis suatu tulisan entah artikel atau buku, saya suka berhenti beberapa hari untuk merenungkan kembali apa yang saya tulis tanpa membaca dulu drafnya. Dengan cara ini saya selalu mendapatkan ide-ide baru untuk memperbaiki berbagai kekurangan dari tulisan saya. Cara ini menjadi teori buat diri saya sendiri untuk bisa menyelesaikan tulisan dengan baik.
Demikianlah kita bisa menyelaraskan antara teori dengan praktik. Sebenarnya ini tidak berlaku hanya pada teori menulis, melainkan dalam hampir semua teori yang bersifat aplikatif. Namun ini juga hanyalah sebuah teori yang saya
buat berdasarkan dari membaca ratusan buku yang membahas teori menulis dan praktik-praktik menulis yang saya lakukan selama puluhan tahun. Karena itu, bisa saja ada pembaca yang kurang cocok dengan teori ini. Tidak masalah jika memang begitu, carilah teori yang lebih cocok untuk meningkatkan kemampuan menulis Anda.

Leave a Reply